6 Obat Penyakit Kusta yang Paling Sering Digunakan
Penyakit kusta atau lepra merupakan penyakit yang masih cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang dapat menginfeksi manusia melalui kontak dengan penderita kusta baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika tidak segera ditangani dengan obat penyakit kusta dapat berakibat komplikasi yang membahayakan. Komplikasi ini dapat membuat penderitanya mengalami kebutaan, gagal ginjal, kerusakan syaraf secara permanen, kelumpuha, bahkan hingga harus melakukan amputasi. Beberapa gejala yang timbul pada saat orang menderita lepra adalah:
- Gangguan makan, yang bisa menyebabkan anoreksia dan menjadi penyebab tulang keropos.
- Muncul bintil atau bintik berwarna kemerahan pada kulit.
- Mengalami gejala seperti gejala flu tulang yaitu mengalami demam dan muntah.
- Munculnya bercak putih pada kulit, yang semakin lama semakin lebar.
- Terdapat benjolan di tulang kepala atau wajah.
- Mengalami neuritis, iritasi, nefritis, nephrosia, pleuritis dan hepatosplenomegali.
Obat penyakit kusta ini dibedakan berdasarkan tingkat keparahan kusta yang diderita oleh seseorang dilihat dari gejala yang dialami. Untuk pengobatan 6-24 bulan pertama, biasanya penderita diberikan obat campuran antibiotik (multi drugs therapy) untuk meminimalisir penularan penyakit kusta dan mencegah terjadinya kecacatan sebelum mendapatkan pengobatan. Penggunaan campuran antibiotik ini juga bertujuan untuk membuat melemahkan kerja bakteri, sehingga tidak kebal terhadap obat penyakit kusta yang diberikan. Dengan begitu, kusta akan semakin mudah sembuh dengan pengobatan. Beberapa antibiotik yang biasa digunakan untuk kusta adalah:
1. Dapsone
Tujuan penggunaan dapsone adalah menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri kusta. Selain itu, dapsone juga dapat digunakan untuk mencegah dan cara mengobati tulang bengkak akibat kusta. Penggunaan dapsone pada orang dewasa adalah dosis 50-100 mg yang dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu 2-5 tahun. Efek penggunaan dapsone pada umumnya adalah gangguan pencernaan atau dapat mengalami reaksi alergi pada beberapa kasus kusta.
2. Clofazimine
Dosis clofazimine pada orang dewasa adalah 50-100 mg, dikonsumsi selama 2 tahun setiap hari. Penggunaan clofazimine biasanya disertai dengan konsumsi susu atau makanan. Efek samping yang bisa ditimbulkan dari konsumsi clofamizine adalah gangguan pencernaan, timbul belek, mata berair dan perubahan warna feses atau urin.
3. Rifampicin
Selain dapat digunakan sebagai obat penyakit kusta, rifampicin juga sering digunakan untuk menangani TBC tulang. Cara mengkonsumsi rifampicin adalah 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Efek samping penggunaan rifampicin dapat berupa demam, menggigil, perubahan warna urin dan mengalami gangguan perncernaan.
4. Oflocaxin
Oflocaxin biasanya akan diresepkan pada penderita kusta, jika penggunaan dapsone tidak memiliki pengaruh. Cara kerja oflocaxin sama dengan dapsone, yaitu untuk mencegah pertumbuhan dari bakteri kusta. Efek yang dapat timbul dari penggunaan oflocaxin adalah berupa gatal-gatal, timbul ruam kemarahan pada kulit penderita, serta pembengkakan seperti pergelangan tangan nyeri dan bengkak.
5. Lampren
Cara kerja obat lampren ini sama dengan cara kerja antibiotik lain seperti antibiotik untuk flu tulang, yaitu untuk melemahkan bakteri kusta yang menginfeksi. Setelah mengkonsumsi lampren, biasanya penderita akan mengalami gangguan pencernaan, muncul noda hitam di kulit serta terasa kering pada daerah mulut.
6. Minocycline
Minocycline merupakan obat penyakit kusta yang bekerja untuk melawan dan mengatasi bakteri penyebab kusta. Penggunaan minocycline yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada ginjal.
Demikian ulasan mengenai beberapa antibiotik yang biasa digunakan dalam pengobatan kusta atau lepra. Semoga bermanfaat.