Penyakit Craniosynotosis: Gejala, Penyebab dan Pengobatan
Penyakit craniosynotosis adalah satu kondisi yang dialami oleh bayi, di mana terjadi kelainan pada tulang tengkorak yang mengakibatkan bentuk kepala bayi menjadi tidak proporsional atau tidak normal. Bayi yang mengalami kondisi ini harus mendapatkan penanganan dan pengobatan segera, karena jika dibiarkan saja tidak hanya semakin memperburuk keadaan namun juga bisa mempengaruhi kondisi anak kelak. Bayi dapat berkembang denga berbagai gangguan seperti selalu sakit kepala, penglihatan terganggu juga bisa mengalami gangguan psikologis. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai apa saja gejala, penyebab dan pengobatan dari craniosynotosis.
Apa saja gejala dari Craniosynotosis?
Seperti halnya dengan gejala spina bifida, gejala penyakit crainosytosis juga sudah bisa terlihat ketika bayi baru saja dilahirkan seperti di bawah ini:
- Adanya keanehan pada bentuk tulang tengkorak bayi atau tidak proporsional.
- Ubun-ubun atau fontanelles bayi biasanya tidak terlihat.
- Terjadinya peningkatan tekanan atau ICP di dalam tengkorak.
- Ukuran kepala tidak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia bayi.
- Anak dapat mengalami muntah secara tiba-tiba.
- Mengalami gangguan pendengaran seperti tanda dan ciri-ciri cerebral palsy.
- Anak lebih gampang menangis daripada biasanya.
- Gangguan mata seperti susah digerakkan atau bengkak.
- Tidak begitu aktif, jarang bermain dan lebih sering tidur.
- Nafas yang tidak teratur dan mengeluarkan suara keras.
Apa saja penyebab dari Craniosynotosis?
Penyebab dari penyakit craniosynotosis ini sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun biasanya dikaitkan dengan terjadinya kelainan secara genetik seperti halnya dengan penyebab penyakit osteogenesis. Berikut ini adalah penyebab berdasarkan dua jenis kondisi craniosynotosis yang dialami:
- Nonsyndromic craniosynotosis: yaitu jenis craniosynotosis yang paling umum kejadiannya, penyebabnya belum pasti namun terkait dengan hubungan antara faktor lingkungan dengan faktor genetik.
- Syndromic craniosynotosis: yaitu jenis craniosynotosis yang kejadiannya dikaitkan dengan terjadinya sindrom genetik tertentu seperti sindrom Pfeiffer, sindrom Alpert, sindrom Crouzon dan lain sebagainya.
Sehingga untuk mengetahui jenis craniosynotosis apa yang dialami diperlukan beberapa pemeriksaan awal seperti pemeriksaan secara fisik, pemeriksaan genetik, serta pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan atau MRI yang juga sering dipakai untuk memeriksa macam macam penyakit tulang lainnya.
Bagaimana penanganan dan pengobatan dari Craniosynotosis?
Apabila penyakit craniosynotosisyang diderita berada pada tingkat ringan sampai menengah tidak diperlukan penanganan yang serius. Biasanya dokter memberikan helm khusus yang memiliki fungsi untuk merapikan struktur tulang tengkorak dan membantu otak untuk berkembang. Seperti halnya dengan penanganan tulang ekor bayi menonjol, upaya pengobatan craniosynotosis yang parah diperlukan operasi. Untuk menanganai craniosynotosis, terdapat dua metode operasi yang bisa digunakan seperti berikut ini:
- Operasi endoskopi:merupakan prosedur operasi diperuntukkan bayi berusia di bawah enam bulan, yang memiliki masalah hanya pada satu sutura sebagai persyaratannya. Dengan operasi endoskopi, sutura yang bermasalah tersebut akan dibuka agar otar bayi bisa berkembang dengan normal.
- Operasi terbuka:merupakan operasi untuk bayi yang berusia enam bulan ke atas, yang tidak hanya bertujuan untuk menangani masalah sutura namun juga memperbaiki struktur tulang tengkorak yang tidak normal. Dibandingkan operasi endoskopi, masa pemulihan operasi terbuka ini bersifat lebih lama.
Jadi kesimpulannya jika bayi mengalami gejala penyakit craniosynotosis, harus segera ditangani agar tidak menyebabkan terjadinya penyakit ortopedi maupun komplikasi pada proses tumbuh kembang bayi lainnya. Demikian informasi mengenai gejala, penyebab dan pengobatan craniosynotosis. Semoga bermanfaat.