Tulang Rusuk Sakit Saat Bernapas, Kenapa? Apa Penyebabnya?
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Oksigen merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tanpa adanya oksigen tubuh tidak dapat memecah makanan menjadi energi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sel-sel di dalam tubuh. Oksigen didapat dari udara melalui proses bernapas.
Bernapas merupakan proses yang kompleks. Bernapas diawali dengan kontraksi otot pernapasan yang berada di sekitar dada dan perut. Otot-otot tersebut akan menggerakkan tulang rusuk dan membantu pengembangan paru, sehingga udara dan oksigen dapat masuk ke dalam paru. Di dalam paru terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida. Setelah masuk ke pembuluh darah kemudian oksigen akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh.
Berkaitan dengan proses bernapas, tulang rusuk menjadi bagian yang sangat penting. Selain berfungsi melindungi organ vital seperti jantung dan paru-paru, tulang rusuk juga berkaitan langsung dengan proses bernapas. Oleh karena itu masalah pada tulang rusuk akan menjadi penting karena dapat mempengaruhi proses bernapas. Salah satu masalah pada tulang rusuk yaitu tulang rusuk yang sakit saat bernapas. Sebagian orang sering mengeluhkan masalah yang satu ini. Sebenarnya kenapa tulang rusuk sakit saat bernapas? Apa penyebabnya?
Akibat dari Penyebab Tulang Rusuk Sakit
Tulang rusuk merupakan tulang melengkung yang berjumlah 12 pasang yang membentuk rongga dada. Tulang rusuk berada dekat dengan paru-paru, jantung, dan lambung, serta terdapat berbagai otot yang menempel pada tulang rusuk. Penyebab sakit pada tulang rusuk dapat berasal dari tulang rusuk itu sendiri maupun dari organ lain yang ada di sekitar tulang rusuk, termasuk sakit yang dirasakan pada saat bernapas. Terdapat berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab tulang rusuk sakit saat bernapas, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1. Patah tulang rusuk
Tulang rusuk dapat mengalami patah. Terdapat berbagai penyebab patah tulang, namun biasanya patah pada tulang rusuk paling banyak disebabkan oleh cedera tulang rusuk, seperti akibat jatuh, kecelakaan, atau cedera fisik langsung seperti terkena pukulan keras. Jenis patah tulang rusuk yang hanya berupa retakan (tidak patah terbagi dua) merupakan yang paling sering terjadi pada dewasa dan biasanya tidak mengganggu fungsi tulang rusuk.
Patah pada tulang rusuk ini dapat menimbulkan nyeri hebat ketika bernapas karena tulang yang patah akan mengalami pergerakan seiring dengan gerakan bernapas. Oleh karena itu, sebagian besar penderita patah tulang rusuk menahan pengembangan paru dan menahan batuk. Menahan batuk dapat mengakibatkan cairan atau sekret yang berlebihan pada saluran pernapasan menjadi tidak bergerak ke luar, dan menghambat kelancaran jalan napas ke paru-paru. Hal ini beresiko menyebabkan pneumonia dan atelektasis (penyempitan alveolus).
Untuk membantu penderita agar dapat batuk dan bernapas dalam, dapat dibantu dengan tangan atau bantal yang disanggakan pada area yang mengalami patah, sehingga ketika bagian tulang bergerak tidak terasa begitu sakit. Selain itu biasanya dokter akan meresepkan obat pereda nyeri. Nyeri pada patah tulang rusuk akan berkurang secara signifikan dalam 3-4 hari dan proses penyembuhan patah tulang memakan waktu sekitar 6 minggu. Komplikasi lain yang mungkin dapat terjadi pada patah tulang rusuk di antaranya yaitu pneumothorax, dan hemothorax.
2. Peradangan pada tulang rusuk
Peradangan pada tulang rusuk dikenal dengan penyakit costochondritis. Costochondritis merupakan peradangan pada tulang lunak yang terletak di ujung-ujung tulang rusuk yang dekat dengan tulang dada. Peradangan dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, rematk, atau akibat aktivitas kanker. Infeksi mikroorganisme dapat terjadi pada cedera tertusuk atau luka bekas operasi, yang memungkinkan tulang rusuk terpajan dengan lingkungan luar. Aktivitas kanker yang dapat menyebabkan peradangan pada tulang rusuk di antaranya yaitu kanker paru, kanker tulang, atau kanker pada otot di sekitar tulang rusuk.
Peradangan pada tulang lunak ini menjadi penyebab sakit pada tulang rusuk dan menimbulkan nyeri di area dada. Nyeri dapat menyebar ke daerah punggung atau perut. Nyeri akan bertambah parah ketika penderita mengambil napas dalam atau batuk. Nyeri akan berkurang ketika mengurangi pergerakan dada. Selain itu, area tulang rusuk yang dekat dengan dada akan terasa sakit jika ditekan.
3. Pleuritis
Pleuritis merupakan penyakit radang yang terjadi pada pleura atau lapisan pelindung paru. Pleuritis dapat disebabkan oleh penyebaran atau komplikasi dari pneumonia atau infeksi pada saluran pernapasan seperti TBC. Selain itu dapat juga disebabkan akibat trauma pada dada, penyumbatan pembuluh darah di paru, emboli paru, akibat penyebaran kanker, atau pada pasien yang menjalani pembedahan pada dada.
Lapisan pelindung paru ini sangat kaya akan saraf-saraf bebas yang peka terhadap rangsang nyeri. Ketika pleura yang mengalami peradangan bergesekan saat bernapas, akan menghasilkan nyeri hebat seperti tertusuk benda tajam saat bernapas. Nyeri juga akan bertambah parah ketika mengambil napas dalam, batuk, atau bersin. Nyeri hanya terbatas pada area tertentu, biasanya hanya pada satu sisi paru. Semakin penyakit berkembang nyeri akan berkurang karena akan terjadi penumpukan cairan pada pleura. Biasanya terapi dilakukan dengan konsumsi obat anti nyeri dan anti peradangan.
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit peradangan pada jaringan paru. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. S. pneumoniae merupakan penyebab yang paling banyak ditemui. Bakteri biasanya memasuki paru melalui saluran pernapasan, namun mikroorganisme yang menyebar melalui darah juga dapat menjadi penyebab pneumonia. Peradangan terjadi jika kondisi kekebalan tubuh individu saat itu sedang tidak maksimal. Mikroorganisme akan menyebabkan peradangan pada paru dan menghasilkan cairan atau eksudat yang berlebihan sehingga mengganggu proses pertukaran gas di paru-paru.
Gejala pada pneumonia di anataranya yaitu menggigil, demam tinggi, nyeri pada tulang rusuk atau dada saat bernapas, terutama saat mengambil napas dalam dan batuk. Dalam kondisi yang parah dapat terjadi peningkatan frekuensi pernapasan, dan napas menjadi pendek. Penderita juga dapat mengalami kebiruan jika kondisi sudah semakin parah. Pengobatan yang paling utama dilakukan dengan pemberian obat anti biotik.
5. Emboli paru
Emboli paru merupakan penyakit dimana terjadi obstruksi atau sumbatan pada pembuluh darah arteri paru oleh trombus atau bekuan darah. Beberapa kondisi yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya emboli paru, di antaranya yaitu sebagai berikut:
- Perlambatan aliran darah di pembuluh darah vena: pembatasan gerak yang lama (misalnya setelah operasi), duduk dalam waktu yang lama, varises, dan cedera pada tulang belakang.
- Kelainan penggumpalan darah (akibat pelepasan zat tromboplastin setelah cedera/operasi): cedera, tumor (pankreas, payudara, paru), dan peningkatan jumlah keping darah.
- Penyakit pada dinding pembuluh darah balik (vena): tromboplebitis, penyakit yang menyerang pembulh darah, dan pemasangan infus/kateter.
- Penyakit tertentu: gagal jantung, trauma (terutama patah tulang panggul, tulang belakang, dan tungkai), pasca-operasi, pasca persalinan, diabetes, penyakit paru obstruksi kronis.
- Kondisi lainnya: usia lanjut, obesitas, hamil, penggunaan alat kontrasepsi oral, riwayat emboli paru sebelumnya.
Trombus yang terbentuk akan menyumbat pembuluh darah paru dan menyebabkan aliran darah ke jaringan paru menurun. Hal ini menyebabkan pertukaran gas di dalam paru menjadi terganggu. Gejala yang terjadi sangat bervariasi tergantung ukuran dan lokasi sumbatan. Namun gejala yang paling sering terjadi adalah sesak, peningkatan frekuensi pernapasan, nyeri pada dada terutama saat bernapas. Selain itu dapat juga menimbulkan demam, batuk, berkeringat, batuk berdarah, dan pingsan. Pengobatan emboli paru dapat berupa konsumsi obat-obatan anti penggumpalan darah, penghancur trombus, dan pembedahan.
6. Pericarditis
Pericarditis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, komplikasi penyakit lupus, rematik, pneumonia, serangan jantung, kanker paru, kanker patudara, cedera pada tulang rusuk, TBC, dan gagal ginjal. Peradangan pada selaput pembungkus jantung menyebabkan terjadi penumpukkan cairan di kantong pembungkus jantung. Hal tersebut dapat memberikan penekanan pada jantung. Dalam waktu yang lama, kondisi tersebut dapat menyebabkan penebalan dinding jantung dan menurunkan elastisitasnya,sehingga membatasai pengisian jantung oleh darah.
Gejala utama pericarditis adalah nyeri pada dada atau tulang rusuk. Nyeri akan terasa terus-menerus dan dapat semakin parah ketika menghirup napas dalam dan ketika berbaring terlentang, dan dapat berkurang dalam posisi duduk. Selain itu juga dapat terjadi demam ringan dan sesak. Terapi dilakukan dengan bed rest, pemberian obat anti nyeri dan anti peradangan, penyedotan cairan, dan pembedahan.
7. Empiema
Empiema merupakan penyakit dimana terjadi penumpukan cairan kental dalam rongga paru. Empiema terjadi sebagai akibat dari komplikasi pneumonia atau abses paru. Dapat juga disebabkan oleh trauma pada dada, infeksi rongga pleura, atau akibat kontaminasi operasi dada. Gejala yang dirasakan mirip dengan penyakit infeksi lainnya, seperti demam, keringat di malam hari, batuk, sesak, kurang napsu makan, penurunan berat badan, dan nyeri dada atau tulang rusuk yang semakin parah ketika bernapas. Penatalaksanaan dilakukan dengan mengalirkan cairan dari paru dan terapi obat antibiotik selama 5-6 minggu.
Ketujuh penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya tulang rusuk sakit saat bernapas. Penjelasan tersebut dapat dijadikan gambaran mengenai kemungkinan-kemungkinan dari keluhan yang dialami. Namun untuk mengetahui penyebab yang lebih pasti, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Dengan demikian, terapi dan tindakan yang dilakukan pun akan lebih terarah dan memberikan hasil yang maksimal.