Osteoporosis Setelah Menopause: Penyebab, Bahaya dan Penanganannya
Sebuah penelitian menemukan bahawa seorang wanita 4 kali lebih rentan terkena osteoporosis jika dibandingkan dengan pria, terlepas dari faktor usia. Wanita mengalami titik tertinggi pertumbuhan tulang pada usia 18 tahun dan setelahnya perkembangan tulang berlanjut, namun lebih kecil jumlahnya dari sebelumnya. Apalagi wanita yang telah mengalami menopause, tidak hanya kesuburannya saja yang berhenti. Wanita juga akan lebih rentan mengalami osteoporosis setelah menopause.
Bahaya
Selain usia, osteoporosis yang terjadi setelah menopause juga dapat disebabkan karena faktor lain. Pada saat seorang wanita mengalami menopause, kerja ovarium secara otomatis akan melemah sehingga estrogen yang diproduksi juga akan semakin berkurang. Sedangkan, estrogen merupakan hormon yang memiliki fungsi penting seperti memasok kalsium yang sangat berguna untuk kekuatan tulang. Jika sirkulasi estrogen berkurang, kekuatan tulang juga akan semakin berkurang karena kekurangan nutrisi. Kondisi ini yang akan menjadi penyebab tulang keropos dan mengakibatkan osteoporosis setelah menopause. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan risiko bahaya tertentu pada penderitanya, antara lain:
- Fraktur kompresi, merupakan kondisi dimana tulang belakang tumpang tindih antara satu dan yang lain, ditandai dengan tulang belakang sakit saat digunakan untuk mengangkat barang berat atau saat membungkuk.
- Nyeri tulang dan sendi, yang merupakan bahaya umum yang terjadi pada penderita osteoporosis.
- Patah tulang, karena tulang menjadi rapuh atau berkurang kepadatannya akibat menderita osteoporosis terutama terjadi pada tulang pinggul
- Hilangnya keseimbangan, karena gejala osteoporosis akan menyebabkan kekakuan pada tulang dan membuat tulang menjadi susah untuk digerakkan, sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Penanganan
Fase menopause pasti akan terjadi pada setiap wanita dan tidak bisa dihindari. Namun, untuk mengurangi risiko terserang osteoporosis setelah menopause dan meminimalisir bahayanya perlu dilakukan penanganan yang tepat. Berikut ini merupakan beberapa penanganan dan cara mencegah osteoporosis yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan kepadatan tulang
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengetahui kondisi kepadatan tulang. Dengan begitu, dapat segera dilakukan terapi untuk mencegah tulang keropos atau mengalami pengeroposan yang lebih parah. Biasanya disertai dengan obat-obatan yang disesuaikan dengan kondisi tulang, agar tidak menimbulkan efek samping tertentu.
2. Olahraga cukup
Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat sebagai cara untuk menambah kepadatan tulang. Cukup dengan melakukan olahraga ringan seperti berjalan, jogging, tenis atau olahraga lain. Lakukan olahraga tersebut setidaknya 30 menit dalam sehari secara rutin, dapat mengecilkan kemungkinan risiko osteoporosis.
3. Sinar matahari
Vitamin D dari sinar matahari pagi sangatlah bermanfaat untuk mencegah terjadinya osteoporosis setelah menopause. Penyerapan vitamin D untuk kesehatan tulang dapat dilakukan dengan berjemur sekitar 10 menit di pagi hari. Atau akan lebih baik lagi jika dilakukan sambil jalan santai di pagi hari.
4. Konsumsi suplemen
Kalsium adalah nutrisi penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Apalagi pada wanita yang menopause, asupan kalsium haruslah mencukupi untuk mencegah munculnya ciri-ciri tulang keropos. Kalsium dapat ditemukan pada sayuran yang warnanya hijau gelap, susu, olahan susu atau ikan. Selain mengkonsumsi makanan pencegah osteoporosis tersebut, dapat diiringi dengan mengkonsumsi suplemen untuk mencegah osteoporosis.
5. Terapi hormon
Untuk mengurangi gejala yang timbul setelah menopause, termasuk osteoporosis dapat dilakukan terapi hormon. Terapi hormon ini memiliki risiko yang cukup tinggi, sehingga harus dikonsultasikan dan diawasi oleh dokter.
Demikian ulasan mengenai penyebab, bahaya dan penanganan pada osteoporosis setelah menopause. Semoga bermanfaat.