Sponsors Link

Patah Tulang Selangka – Gejala, Komplikasi dan Terapinya

Sponsors Link

Patah tulang merupakan masalah serius pada tulang yang paling sering terjadi. Berbagai penyebab patah tulang dapat membuat tulang patah dan kehilangan kontinuitas atau kesinambungannya. Berkaitan dengan patah tulang, lokasi tulang yang patah memiliki peranan yang sangat penting, baik dalam proses penyembuhan tulang maupun dalam menentukan tingkat keparahan dan dampak yang ditimbulkan. Salah satu tulang yang sering mengalami fraktur atau patah yaitu tulang selangka.

Tulang selangka atau tulang klavikula (collar bone) adalah tulang yang memanjang dari bahu hingga ke dada tengah. Seperti tulang lainnya, tulang selangka juga dapat kehilangan kontinuitasnya ketika mendapat tekanan yang berlebihan. Patah pada tulang selangka merupakan jenis patah tulang yang sering terjadi, khususnya pada anak-anak. Biasanya patah tulang selangka disebabkan oleh pukulan langsung pada bahu, akibat jatuh dengan bertumpu pada bahu, atau akibat jatuh saat berusaha mencegah seseorang atau sesuatu jatuh sambil meluruskan lengan. Umumnya, pada kasus cedera kepala atau cedera leher juga akan dibarengi dengan patah tulang selangka.

Gejala Patah Tulang Selangka

Tulang selangka berfungsi menopang bahu agar tetap tegak, dan berada di bagian luar belakang dari rongga dada. Oleh karena itu, ketika tulang selangka patah, maka akan terjadi keabnormalan posisi bahu. Secara lebih rinci gejala patah tulang klavikula adalah sebagai berikut:

1. Bahu tidak dapat digerakkan

Pada patah tulang klavikula, bahu menjadi tidak dapat digerakkan. Hal ini terjadi akibat tulang selangka yang patah, sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya untuk bergerak. Otot-otot pada bahu menjadi cedera dan tidak dapat berfungsi normal tanpa adanya tulang selangka yang utuh. Selain itu, nyeri pada bahu juga semakin membuat bahu dan lengan menjadi sulit untuk digerakkan.

2. Nyeri hebat pada bahu

Nyeri merupakan keluhan utama pada seluruh kondisi patah tulang, termasuk tulang klavikula. Nyeri terjadi akibat terstimulasiya saraf-saraf nyeri yang terdapat pada tulang dan jaringan di sekitarnya yang ikut mengalami kerusakan. Nyeri pada patah tulang biasanya terasa seperti nyeri yang menusuk dan terjadi sangat hebat. Nyeri akan semakin parah ketika ada pergerakan pada bahu, misalnya ketika menggerakkan lengan.

3. Area di sekitar bahu membengkak

Bengkaknya area di sekitar bahu disebabkan oleh respon peradangan atau inflamasi. Respon tersebut merupakan respon alami tubuh ketika terjadi cedera pada tubuh. Respon tersebut salah satunya menyebabkan pembuluh darah di sekitar tulang yang cedera mengalami sedikit pelebaran yang memungkinkan aliran darah ke area luka menjadi lebih banyak dari biasanya. Peningkatan aliran darah ini berfungsi membawa zat-zat yang diperlukan area tubuh yang cedera, seperti sel darah putih dan keping darah yang berfungsi untuk pembekuan luka. Aliran darah yang lebih banyak ini dapat menyebabkan cairan merembes ke jaringan sekitar luka sehingga terjadi bengkak.

4. Bahu terlihat merosot ke arah depan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tulang selangka memiliki fungsi untuk menopang bahu agar tetap tegak dan berada pada posisinya. Namun ketika tulang selangka patah, maka tidak ada lagi yang menopang bahu pada posisi yang seseuai. Hal tersebut menyebabkan bahu menjadi terlihat sedikit lebih merosot ke arah depan.

5. Adanya bunyi ketika digerakkan


Adanya bunyi ketika bahu digerakkan merupakan salah satu gejala patah tulang klavikula. Bunyi ketika bahu digerakkan disebabkan oleh gesekan kedua bagian tulang yang patah. Bunyi akan muncul ketika area yang mengalami patah digerakkan secara pelan-pelan. Bunyi ini dikenal dengan istilah krepitasi.

Komplikasi Patah Tulang Selangka

Terapi dan perawatan pada patah tulang klavikula perlu dilakukan dengan baik, tepat, dan sesegera mungkin. Ketika terapi dan perawatan tidak dilakukan dengan baik, maka dapat terjadi berbagai komplikasi. Secara lebih lengkap komplikasi pada patah tulang klavikula yaitu sebagai berikut:

1. Trauma saraf brachial plexus

Saraf brachial plexus adalah saraf yang keluar dari tulang belakang dan mempersarafi bahu dan lengan. Trauma pada saraf brachial plexus dapat disebabkan secara langsung dan tidak langsung. Trauma saraf brachial plexus secara langsung terjadi ketika patahan dari tulang selangka mengenai saraf brachial plexus, sedangkan secara tidak langsung, trauma terjadi ketika ketiak tidak mendapat bantalan penuh pada saat menggunakan clavicular strap, sehingga saraf tertekan dan mengalami trauma. Trauma pada saraf brachial plexus dapat menyebabkan mati rasa dan penurunan kemampuan gerak pada lengan yang terkena.

2. Cedera pada pembuluh darah vena atau arteri subclavian

Pembuluh darah vena merupakan pembuluh darah balik yang menyalurkan darah dari jaringan tubuh ke jantung, sedangkan pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang menyalurkan darah dari jantung ke jaringan tubuh. Pada area bahu terdapat pembuluh darah vena dan arteri besar yang disebut vena subclavian dan arteri subclavian. Cedera pada pembuluh darah besar tersebut dapat disebabkan oleh potongan tulang yang menembus atau merobek pembuluh darah. Rusaknya pembuluh darah subclavian ini dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hingga penumpukan udara di rongga pleura paru atau dikenal dengan pneumothorax.

3. Malunion

Malunion merupakan kondisi dimana tulang menyambung kembali namun tidak sesuai dengan posisi normalnya. Malunion dapat menyebabkan sakit, penurunan kekuatan, dan penurunan rentang gerak pada lengan dan bahu yang terkena, serta dapat mengurangi estetika tubuh karena tulang menjadi terlihat tidak simetris. Malunion dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor tersebut di antaranya yaitu immobilisasi yang tidak adekuat, pengangkatan gips atau strap yang dilakukan sebelum waktunya, tulang yang tidak mendapat tindakan pelurusan atau reduksi setelah patah, dan faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurang nutrisi. Selama proses penyembuhan tulang sangat perlu mengonsumsi makanan yang baik untuk patah tulang tangan, karena tulang akan membutuhkan nutrisi dari makanan untuk mempercepat penyambungan tulang.

4. Non-union

Non-union adalah kondisi dimana ujung tulang yang patah gagal bersatu. Pasien yang mengalami non-union akan mengeluh merasa tidak nyaman yang terus-menerus dan pergerakan pada area yang patah menjadi abnormal. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan non-union pada patah tulang klavikula, yaitu infeksi pada luka patah tulang, adanya jaringan yang menghalangi ujung tulang-tulang yang patah, immobilisasi yang tidak adekuat, pergerakan atau manipulasi yang merusak pembentukan zat penyambung tulang (callus), space yang berlebihan atau terlalu jauh antara kedua ujung tulang, dan gangguan suplai darah ke area patah tulang.

5. Infeksi

Infeksi merupakan komplikasi yang dapat terjadi apabila jenis patah tulang klavikula termasuk jenis open fracture atau patah tulang terbuka. Patah tulang terbuka akan beresiko mengalami infeksi seperti osteomielitis dan tetanus. Adanya robekan kulit dapat menjadi media tempat masuknya mikroorganisme penyebab infeksi. Ketika infeksi berkembang mengenai tulang maka akan menjadi osteomielitis. Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang mudah mengalami resistensi, sehingga berbagai obat antibiotik tidak mempan untuk mengobati infeksi. Selanjutnya, infeksi pada tulang ini dapat menjadi faktor resiko terjadinya non-union atau delay union pada tulang. Pencegahan infeksi dapat dilakukan melalui perawatan luka patah tulang yang mengutamakan prinsip steril, serta pembersihan dan pengangkatan jaringan luka yang telah mati.

Prognosis dan Terapi

Tulang merupakan jaringan tubuh yang dapat melakukan regenerasi. Oleh karena itu, tulang dapat bersatu kembali meskipun telah mengalami patah jika didukung dengan perawatan yang baik. Begitupun pada kasus patah tulang klavikula, tulang selangka dapat menyatu kembali dan bahu dapat digerakkan kembali seperti sebelumnya. Biasanya patah tulang klavikula tanpa dapat sembuh dalam 6 minggu jika tidak disertai dengan komplikasi.

Patah tulang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Akibat jika patah tulang didiamkan dapat berbahaya. Ketika tulang patah, terapi harus sesegera mungkin dilakukan. Tulang selangka yang patah perlu segera ditangani agar tidak menyebabkan komplikasi. Terapi pada patah tulang klavikula sangat bergantung pada lokasi patahan tulang:

  • Patah tulang tengah atau medial

Patah tulang klavikula medial berarti patah tulang terjadi pada sepertiga bagian tengah tulang selangka. 80% patah tulang klavikula merupakan jenis medial. Biasanya terapi akan menggunakan clavicular strap. Clavicular strap merupakan balutan elastis yang digunakan untuk menarik bahu ke belakang, mengurangi dan mengimobilisasi tulang yang patah. Ketika menggunakan clavicular strap, ketiak harus mendapat bantalan yang baik. Hal tersebut ditujukan untuk mencegah cedera tekan pada saraf dan pembuluh darah besar yang ada pada ketiak. Selain itu, penggunaan clavicular strap sering dibantu dengan menggunakan bidai pada lengan, agar lengan tetap tegak dan pergerakannya menjadi terbatas, sehingga dapat mengurangi nyeri.

  • Patah tulang ujung atau distal

Patah tulang klavikula distal berarti patahan terjadi pada sepertiga bagian ujung tulang selangka yang dekat ke arah lengan. Jika tidak disertai dengan dislokasi tulang dan rusaknya ligamen, biasanya diterapi dengan menggunakan bidai dan pembatasan gerak atau immobilisasi pada lengan. Namun, jika disertai dengan rusaknya ligamen dan dislokasi tulang, biasanya perlu dilakukan pembedahan untuk kembali meluruskan tulang ke posisi semula. Kemudian ketika tulang telah berada sejajar sesuai dengan posisi normal, maka proses penyembuhan akan berlangsung baik dan tulang dapat sembuh tanpa terjadi kelainan.

Selama tulang belum menyatu (sekitar 6 minggu), pasien dengan patah tulang tidak boleh mengangkat lengan hingga setinggi bahu. Namun pasien harus berlatih menggerakkan sikut, pergerakan tangan, dan jari-jari sesegera mungkin setelah gerakan dapat dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemendekan otot atau sendi (kontraktur) dan mencegah disfungsi gerak pada bagian lengan tersebut. Selain itu, akitivitas yang berat juga harus dibatasi selama tiga bulan setelah tulang patah.

Patah tulang selangka dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang mempengaruhi aktivitas dan kualitas hidup seseorang dalam waktu yang relatif lama. Mewaspadai berbagai penyebab patah tulang selangka dan selalu menjaga kesehatan tulang dapat menghindarkan kita dari kondisi patah tulang selangka. Namun, jika Anda telah terkena atau sedang mengalami patah tulang selangka, lakukan pengobatan segera. Jangan sampai diabaikan, karena akibat patah tulang yang tidak diobati dapat berbahaya. Lakukan perawatan dengan baik dan sesuai. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi patah tulang selangka yang dapat memberikan dampak negatif lebih besar bagi kondisi kesehatan.

Sponsors Link
, ,




Post Date: Tuesday 16th, January 2018 / 02:57 Oleh :