8 Pencegahan Dwarfisme yang Dapat Dilakukan Dengan Mudah dan Tepat
Apakah itu dwarfisme? Dwarfisme merupakan salah satu kelainan pada tulang manusia, yang terganggu pertumbuhannya sehingga mengakibatkan kondisi fisik yang pendek atau cebol. Penderita dwarfisme saat dewasa biasanya tumbuh tinggi maksimal sekitar 122 cm dan kurang dari 147 cm. Jika penyebab akromegali adalah karena kelebihan hormon pertumbuhan (growth hormone/GH), maka dwarfisme disebabkan karena kekurangan GH yang akan mengakibatkan kekurangan IGF-I yang memicu pertumbuhan.
Penderita dwarfisme pada saat anak-anak biasanya mengalami defisiensi kelenjar hipofisis anterior secara keseluruhan. Jika tidak dilakukan upaya pencegahan dwarfisme, gangguan hormon ini dapat membuat 2 kondisi dwarfisme, yaitu:
1. Dwarfisme proporsional
Kondisi dwarfisme jenis ini adalah proses pembentukan tulang pada manusia tumbuh seimbang, namun kecepatan pertumbuhannya melambat. Biasanya kondisi ini dapat dilihat gejalanya seja lahir atau masa kanak-kanak, yang penderitanya akan tumbuh tapi tidak akan mencapai titik pertumbuhan sempurna. Penderita dwarfisme proporsinal memiliki proporsi tubuh yang seimbang seperti orang normal, hanya saja seluruh bagian tubuhnya berukuran kecil.
2. Dwarfisme disproporsional
Penderita dwarfisme disproporsional ini memiliki ukuran tubuh kecil, namun bagian tubuhnya tumbuh tidak seimbang. Terdapat beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan beberapa bagian lainnya berukuran sedang, lebih besar atau normal. Contohnya saja ukuran kepala normal, namun bagian tubuh lain kecil dan sebagainya.
Dari macam-macam penyakit tulang, upaya pencegahan dwarfisme belum ditemukan metode yang tepat. Namun, dapat dilakukan upaya pencegahan untuk mencegah kondisi dwarfisme lebih parah dan mencegah munculnya berbagai komplikasi kesehatan bagi penderitanya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
Sebagai pencegahan dwarfisme awal, dapat dilakukan beberapa upaya diagnosis yaitu:
- Melakukan pemeriksaan fisik dan melihat riwayat kesehatan sebagai langkah awal untuk diagnosis penyakit dwarfisme.
- Melakukan tes darah, untuk mengukur defisiensi hormon pertumbuhan pada penderita.
- Pemeriksaan unuk mengukut kadar IGF-I pada kelenjar hipofisis yang dapat memicu produksi hormon pertumbuhan.
- Melakukan imaging test berupa X-ray atau MRI untuk memastikan letak tumor hipofisis penyebab dwarfisme dan untuk melengkapi hasil diagnosis.
Sedangakan, upaya pengobatan untuk pencegahan dwarfisme agar tidak mengakibatkan komplikasi kesehatan adalah:
- Dipasang shunt agar cairan yang berlebih dapat mengalir serta membuat tekanan yang diterima otak lebih ringan.
- Melakukan pembedahan untuk membuat kompresi tulang spenalis lebih ringan dengan melebarkan kanal pada tulang belakang sakit.
- Operasi untuk mengatasi kelenjar gondok atau amandel karena memiliki ukuran wajah kecil atau ukuran dada yang kecil, sehingga tidak menimbulkan masalah pernafasan.
- Melakukan pembedahan untuk memperbaiki bagian tubuh seperti kaki yang bengkok, tulang punggung bengkok atau melengkung pada penderita dwarfisme.
Walaupun upaya di atas tidak bisa mencegah terjadinya dwarfisme, namun dengan melakukan diagnosis sejak dini sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan akibat dwarfisme. Beberapa komplikasi kesehatan yang dapat terjadi akibat dwarfisme antara lain adalah:
- Mengalami gangguan pernafasan seperti sesak nafas.
- Berat badan yang tidak proporsional, biasanya obesitas untuk ukuran tubuh yang kecil.
- Bagian wajah seperti hidung besar atau gigi berantakan.
- Kesulitan bergerak dan mengalami ciri-ciri radang sendi lainnya.
- Mengalami kemandulan.
- Meningkatnya kadar kolesterol, dan penyakit komplikasi lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dwarfisme belum ditemukan cara atau metodenya. Namun dapat dilakukan upaya pencegahan agar penyakit dwarfisme tidak semakin parah dan menimbulkan penyakit dengan mengetahui gejalanya sejak dini. Semoga bermanfaat.